“Jadikan setiap tempat sebagai sekolah, jadikan setiap orang sebagai guru.”
-Ki Hajar Dewantara-
Sejak tahun 2022, Kurikulum Merdeka diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan Republik Indonesia sebagai penyempurnaan kurikulum yang digunakan sebelumnya, yakni Kurikulum 2013. Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang bertujuan untuk mengasah minat dan bakat anak sejak dini dengan berfokus pada materi esensial, pengembangan karakter, dan kompetensi peserta didik. Kurikulum ini memiliki tiga karakteristik antara lain (1) Pembelajaran berbasis proyek melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, (2) Fokus pada materi esensial sehingga memiliki waktu cukup untuk mendalami kompetensi dasar (literasi dan numerasi), (3) Fleksibilitas dalam pembelajaran dengan menyesuaikan kemampuan siswa, serta konteks dan muatan lokal.

Jika melihat lebih dalam tentang implementasi Kurikulum Merdeka, maka dapat dikatakan bahwa Sekolah Alam merupakan salah satu sekolah yang sudah menerapkan prinsip Kurikulum Merdeka, bahkan jauh sebelum kurikulum ini diluncurkan untuk menjadi kurikulum nasional. Sekolah Alam merupakan sebuah konsep pendidikan yang berlandaskan alam semesta. Artinya, siswa di Sekolah Alam tidak hanya belajar terbatas di ruang-ruang kelas saja, tetapi juga di berbagai tempat bahkan di alam terbuka. Di Sekolah Alam, guru disebut sebagai fasilitator karena fungsi guru di sekolah ini adalah memfasilitasi siswa untuk belajar dan menumbuh-kembangkan bakat serta potensinya. Siswa diberikan kebebasan sesuai dengan batasan kesepakatan untuk belajar dari siapa saja sehingga tak heran saat di jenjang SMP, siswa Sekolah Alam sudah diberikan kesempatan “Belajar Magang.”

Salah satu Sekolah Alam yang praktiknya sudah mendekati Kurikulum Merdeka adalah Sekolah Alam Al Fazza. Sekolah ini merupakan sekolah yang mengusung konsep BBA (Belajar Bersama Alam). Siswa diberikan kesempatan untuk belajar dan berpengalaman sebanyak-banyaknya sebagai wujud eksplorasi dalam menggali minat dan bakatnya. Jika di Kurikulum Merdeka dikenal istilah Capaian Pembelajaran per fase, maka di sekolah ini pun juga memiliki output tiap jenjang yang disesuaikan dengan ciri khas Sekolah Alam.
Salah satu capaian pembelajaran di Sekolah Alam dilaksanakan dengan kegiatan camping. Kegiatan camping ini yang diikuti oleh seluruh siswa, dari jenjang TK sampai SMP. Di jenjang TK kegiatan camping dilaksanakan di lingkungan sekolah, lalu masuk ke jenjang SD kelas rendah, kegiatan camping dilaksanakan di area gunung yang medannya disesuaikan dengan usia siswa SD kelas rendah. Setelah siswa masuk jenjang SD kelas tinggi, area camping pun meningkat di kawasan pegunungan yang lebih tinggi tingkat kesulitannya. Begitu seterusnya hingga jenjang yang lebih tinggi.


(Gambar 3,4,5 Kegiatan Camping TK Alam Al Fazza di Sekolah, sumber; dokumentasi pribadi)
Melalui kegiatan khas Sekolah Alam ini, siswa diharapkan muncul sikap mengenal Tuhannya, memiliki rasa percaya diri, tanggung jawab, pantang menyerah, mandiri, mampu bekerja sama (bergotong royong), berpikir kritis, dan mencintai lingkungan. Tentunya, output ini tidak terbentuk secara tiba-tiba. Diperlukan proses panjang, berkesinambungan, dan sesuai dengan tahap tumbuh kembang siswa. Secara tidak langsung, kegiatan camping ini merupakan kegiatan yang sangat sesuai dengan cita-cita merdeka belajar pada Kurikulum Merdeka, yaitu membentuk Profil Pelajar Pancasila, antara lain (1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, (2) Mandiri, (3) Bernalar kritis, (4) Berkebinekaan global, (5) Bergotong royong, (6) Kreatif.
Banyaknya kesesuaian antara Kurikulum Merdeka dan konsep Sekolah Alam menjadikan pepatah yang disampaikan oleh Bapak Pendidikan Indonesia, yakni Ki Hajar Dewantara sangat relevan dengan situasi pendidikan yang ingin dicapai, “Jadikan setiap tempat sebagai sekolah, jadikan setiap orang sebagai guru.” Semoga di masa depan terbentuk pemuda Indonesia yang mencintai agama dan bangsanya yang merupakan buah dari sebuah konsep pendidikan saat ini, yaitu Merdeka Belajar dengan tidak mengotak-ngotakan tempat belajar dan guru bagi siswa.
Penulis : Bhekti Setya Ningrum