Kecil-Kecil Cabe Rawit: Membuat Tempe MBF
Sesuai dengan tagline Sekolah Alam Al Fazza “Belajar dan Berpengalaman”, proses pembelajaran yang diterapkan di Al Fazza adalah belajar melalui pengalaman yang dihadirkan lewat berbagai kegiatan proyek MBF (Metode Belajar Al Fazza). Aktivitas MBF ini berupa pengamatan, eksperimen, wawancara dan lain sebagainya. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, diharapkan pembelajaran dan pemahaman akan lebih melekat pada siswa-siswi dan kedepannya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Lebih jauhnya lagi, pengalaman tersebut dapat mereka jadikan dasar atau acuan dalam menangani permasalahan dalam kehidupan pribadi dan lingkungan mereka kelak.
Proyek MBF ini banyak memiliki manfaat lantaran terlihat tidak monoton dan memiliki daya tarik yang membangun rasa ingin tahu lebih pada siswa-siswi. Mereka juga diajak untuk melihat dan berinteraksi langsung dengan objek-objek yang menjadi bagian bahan ajar yang dipelajari di sekolah.
Kali ini, di pertengahan semester 2 Tahun Ajaran 2023/2024 pada tema pembelajaran “Perkembangan Teknologi”, teman-teman Kelas 3 SD Alam Al Fazza melakukan pengamatan proses fermentasi pada pembuatan tempe. Teman-teman Kelas 3 diajak untuk melakukan percobaan membuat tempe. Mengapa tempe? Karena tempe merupakan salah satu produk hasil teknologi pangan yang sering dan mudah ditemui di lingkungan terdekat siswa yaitu rumah selain juga karena faktor gizinya yang kaya.
Teman-teman Kelas 3 terlihat antusias ketika memulai proyek, mulai dari memilah kacang kedelai yang kualitasnya bagus dan yang kurang bagus serta merendam kacang kedelai tersebut. Bahkan beberapa siswa terheran-heran melihat kacang kedelai yang awalnya kecil dan keras, setelah direndam selama kurang lebih 5 jam menjadi besar dan lunak.
Beberapa siswa tampak jenuh saat mengupas kulit kedelai yang dirasa tak kunjung habis, namun berkat kerjasama kelompok, Alhamdulillah tahapan tersebut selesai tanpa menyisakan kulit kedelai di dalam baskom masing-masing kelompok. Mengapa kulit kedelai harus dibuang? Karena kulit kacang kedelai yang tercampur dalam adonan tempe dapat membuat ragi sulit menembus biji kedelai, akibatnya tampilan dan kualitas tempe menjadi kurang baik.
Langkah berikutnya, kepingan kacang kedelai yang sudah bersih dari kulit arinya, dicuci lalu direbus lagi sebentar, kemudian dikeringkan dan didinginkan. Tahapan selanjutnya adalah pencampuran ragi dan tepung beras dengan kedelai. Baru setelah itu, kedelai dapat dituang ke dalam cetakan daun atau plastik yang dilubangi. Alhamdulillah, antusias teman-teman Kelas 3 terus bertahan sampai akhir pembuatan tempe meskipun proses ini memakan waktu 2 hari.
Di hari ketiga, ragi tempe terlihat sudah bekerja dengan baik dan optimal. Alhamdulillah tempe hasil karya proyek MBF kelas 3A dan 3B sudah layak untuk dikonsumsi. Tempe-tempe ini selain dibagikan kepada siswa, juga dijajakan kepada wali murid yang hadir pada kegiatan Hari Bumi, Sabtu 4 Mei 2024.
Teman-teman Kelas 3 menggunakan dua jenis kemasan dalam pembuatan tempe yakni daun pisang dan plastik. Tempe yang dibuat dalam cetakan daun pisang masih sedikit dibandingkan tempe kemasan plastik. Tahap pengemasan daun pisang ternyata cukup menantang bagi anak-anak usia 8 – 10 tahun ini.
Dari proses membuat tempe ini, teman-teman Kelas 3 mendapatkan pengalaman kognitif akademik berupa pembuktian proses fermentasi dan cara kerja jamur ragi serta pengalaman belajar afektif dan psikomotorik bahwa dengan izin Allah, kesabaran, kerjasama dan ketelitian dalam mengerjakan sesuatu membuahkan hasil yang baik.
Good job, kids!
What’s next? ——————————–(NRS)
Kecil-Kecil Cabe Rawit: Membuat Tempe MBF
Sesuai dengan tagline Sekolah Alam Al Fazza “Belajar dan Berpengalaman”, proses pembelajaran yang diterapkan di Al Fazza adalah belajar melalui pengalaman yang dihadirkan lewat berbagai kegiatan proyek MBF (Metode Belajar Al Fazza). Aktivitas MBF ini berupa pengamatan, eksperimen, wawancara dan lain sebagainya. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, diharapkan pembelajaran dan pemahaman akan lebih melekat pada siswa-siswi dan kedepannya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Lebih jauhnya lagi, pengalaman tersebut dapat mereka jadikan dasar atau acuan dalam menangani permasalahan dalam kehidupan pribadi dan lingkungan mereka kelak.
Proyek MBF ini banyak memiliki manfaat lantaran terlihat tidak monoton dan memiliki daya tarik yang membangun rasa ingin tahu lebih pada siswa-siswi. Mereka juga diajak untuk melihat dan berinteraksi langsung dengan objek-objek yang menjadi bagian bahan ajar yang dipelajari di sekolah.
Kali ini, di pertengahan semester 2 Tahun Ajaran 2023/2024 pada tema pembelajaran “Perkembangan Teknologi”, teman-teman Kelas 3 SD Alam Al Fazza melakukan pengamatan proses fermentasi pada pembuatan tempe. Teman-teman Kelas 3 diajak untuk melakukan percobaan membuat tempe. Mengapa tempe? Karena tempe merupakan salah satu produk hasil teknologi pangan yang sering dan mudah ditemui di lingkungan terdekat siswa yaitu rumah selain juga karena faktor gizinya yang kaya.
Teman-teman Kelas 3 terlihat antusias ketika memulai proyek, mulai dari memilah kacang kedelai yang kualitasnya bagus dan yang kurang bagus serta merendam kacang kedelai tersebut. Bahkan beberapa siswa terheran-heran melihat kacang kedelai yang awalnya kecil dan keras, setelah direndam selama kurang lebih 5 jam menjadi besar dan lunak.
Beberapa siswa tampak jenuh saat mengupas kulit kedelai yang dirasa tak kunjung habis, namun berkat kerjasama kelompok, Alhamdulillah tahapan tersebut selesai tanpa menyisakan kulit kedelai di dalam baskom masing-masing kelompok. Mengapa kulit kedelai harus dibuang? Karena kulit kacang kedelai yang tercampur dalam adonan tempe dapat membuat ragi sulit menembus biji kedelai, akibatnya tampilan dan kualitas tempe menjadi kurang baik.
Langkah berikutnya, kepingan kacang kedelai yang sudah bersih dari kulit arinya, dicuci lalu direbus lagi sebentar, kemudian dikeringkan dan didinginkan. Tahapan selanjutnya adalah pencampuran ragi dan tepung beras dengan kedelai. Baru setelah itu, kedelai dapat dituang ke dalam cetakan daun atau plastik yang dilubangi. Alhamdulillah, antusias teman-teman Kelas 3 terus bertahan sampai akhir pembuatan tempe meskipun proses ini memakan waktu 2 hari.
Di hari ketiga, ragi tempe terlihat sudah bekerja dengan baik dan optimal. Alhamdulillah tempe hasil karya proyek MBF kelas 3A dan 3B sudah layak untuk dikonsumsi. Tempe-tempe ini selain dibagikan kepada siswa, juga dijajakan kepada wali murid yang hadir pada kegiatan Hari Bumi, Sabtu 4 Mei 2024.
Teman-teman Kelas 3 menggunakan dua jenis kemasan dalam pembuatan tempe yakni daun pisang dan plastik. Tempe yang dibuat dalam cetakan daun pisang masih sedikit dibandingkan tempe kemasan plastik. Tahap pengemasan daun pisang ternyata cukup menantang bagi anak-anak usia 8 – 10 tahun ini.
Dari proses membuat tempe ini, teman-teman Kelas 3 mendapatkan pengalaman kognitif akademik berupa pembuktian proses fermentasi dan cara kerja jamur ragi serta pengalaman belajar afektif dan psikomotorik bahwa dengan izin Allah, kesabaran, kerjasama dan ketelitian dalam mengerjakan sesuatu membuahkan hasil yang baik.
Good job, kids!
What’s next? ——————————–(NRS)